Artikel Pemuda

1. Makna Kristus bagi Generasi Muda Kristen di Tengah Masyarakat Plural 
Sebelum mendapatkan secara pribadi makna atau arti Kristus, seorang Kristen tidak akan dapat menjalankan segala pelayanannya dengan efektif. Atau dengan kata lain, agar dapat melayani Tuhan sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan, pencarian akan siapa sebenarnya Kristus adalah penting. Karena, makna Kristus yang dimiliki oleh setiap pribadi akan menentukan apa yang akan mereka perbuat untuk, dan berikan kepada Kristus itu sendiri baik secara ukurannya maupun kualitasnya.

Hal tentang menemukan makna Kristus sangat penting untuk semua tingkat usia. Tetapi tulisan pendek ini akan lebih menitikberatkan kepada generasi muda. Sebab, perkembangan generasi muda yang percaya kepada Kristus secara global sangat pesat. Sebagai contohnya, di Cina sekarang, lebih dari 50% kawula muda menghadiri kebaktian yang awal mulanya didenominasi oleh kalangan orang tua. (Dini Nofem, 2005) Di Australia, Hillsong church menyadari bahwa jemaatnya benar – benar didominasi oleh anak muda. ( John Adisubrata, 2004).

Di Indonesia, banyak gereja yang memiliki keadaan yang sama seperti Hillsong church. Contohnya: AbbaLove, GeTT, JPCC dan lain-lainnya. Dengan keadaan seperti ini, apalagi di Indonesia yang memiliki masyarakat plural, berarti sekarang, setiap gereja, khususnya yang berhubungan dengan banyak anak muda memiliki tambahan tanggung jawab yang besar. Karena generasi muda ini memiliki persentase kesempatan sosialisasi yang sangat tinggi. Berarti kemungkinan hidup mereka dilihat oleh orang yang belum percaya pun menjadi lebih besar. Oleh sebab itu, pembangunan karakter dalam diri mereka sangatlah penting. 

Walaupun gereja berusaha keras untuk memasukkan prinsip- prinsip alkitab, pengenalan akan Tuhan dan ‘paket- paket’ yang lainnya kepada generasi muda untuk pembangunan karakter mereka, itu tidak menjamin bahwa seluruh generasi muda yang ada di bawah naungan gereja tersebut berhasil mendapatkan ‘makna Kristus’ itu sendiri. Semua yang dilakukan oleh pelayan – pelayan gereja kepada generasi muda ini dapat dikategorikan hanya sebagai faktor external.

Sedangkan faktor internalnya adalah diri mereka sendiri dan Tuhan. Apakah mereka bener – benar ingin tahu siapa Tuhan bagi diri mereka ? Dan berapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk mendapatkan itu, ditentukan oleh usaha yang mereka lakukan dalam membina hubungan mereka dengan Tuhan (misalnya: doa, pendalaman alkitab) dan juga oleh seberapa besarnya mereka melibatkan Tuhan dalam pencariannya.

Dengan faktor internal dan external ini, saya yakin bahwa generasi muda Kristen akan berhasil menemukan siapa Kristus bagi diri mereka. Penemuan ini akan memberikan dampak yang besar bagi diri mereka sendiri dan juga masyarakat. Bagaimana tidak? Secara internal, generasi muda ini telah mendapatkan suatu dasar yang kuat dalam hidup mereka, yaitu Tuhan Yesus. Hanya dasar ini sajalah yang dapat membuat mereka tetap berdiri kokoh di tengah masa yang sukar. (Maz 23: 4) Sebaliknya, secara external, generasi muda ini akan dapat melakukan sesuatu yang besar dimanapun mereka ditempatkan oleh Tuhan. Selain itu, mereka pun akan mengalami suatu perubahan dalam karakter, sikap dan perkataan mereka (1 Tim 4: 12), dimana orang – orang sekitar mereka mau tidak mau akan menyadari perubahan tersebut.
Dan dampak – dampak inilah yang menjadi beberapa alasan dari banyak alasan kenapa makna Kristus bagi generasi muda sangat penting, apalagi di tengah masyarakat plural.


2. Generasi Tanpa Kekerasan 
Kamu telah mendengar firman :mata ganti mata dan gigi ganti gigi
Tetapi aku berkata kepadamu:
Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu,
melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu,berilah juga kepadanya pipi kirimu
(Matius 5 :38-39)
 
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri,namun pada akhirnya akan hidup bermasyarakat sebagaimana sifatnya sebagai makhluk sosial. Dalam Alkitab juga kita ketahui bagaimana Adam dipandang tidak baik hidup seorang sendiri oleh Tuhan sehingga Tuhan menciptakan Hawa sebagai penolong dalam hidupnya.P ada awal kehidupan manusia pertama ini segala sesuatunya berjalan dalam keteraturan,namun segalanya mengalami kekacauan sejak manusia pertama tersebut jatuh dalam dosa.
Manusia yang diciptakan segambar dengan Allah tentunya juga memiliki salah satu sifat ilahi Allah yaitu “Kasih” namun sejak kekacauan yang disebabkan kejatuhan manusia dalam dosa,manusia mulai memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan. Kekerasan merupakan perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedeera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain. Secara teoritik akademik dikenal berbagai bentuk kekerasan, antara lain : symbolic violence (Elias; 1993), workplace violence (Turpin dan Kurtz; 1997), anarchic violence (Hobbes;1928), juvinele violence,religious violence,cultural violence (James Giligan; tahun tidak jelas). Dalam Alkitab kekerasan pertama kali terjadi ketika Kain membunuh adiknya sendiri Habel (Kejadian 4 : 1-16). Sejak saat itu kekerasan demi kekerasan menjadi sesuatu yang biasa dilakukan oleh manusia.

Kekerasan Yang Mewarnai Kehidupan Masyarakat Pluralistik Indonesia 
Sebelum kedatangan penjajah Eropa,sebenarnya daerah-daerah di Nusantara merupakan negara kerajaan (kingdon state) tradisional seperti Sriwijaya, Majapahit, Banten, Aceh, Mataram, dan Tidore. Diantara komunitas di Nusantara itu sudah ada hubungan ekonomi-perdagangan, dan sudah terjalin pula jaringan memori kolektif (colective memory network) sehingga tentunya sudah adanya kehidupan masyarakat plural diantara kerajaan-kerajaan di Nusantara.P ada masa ini dari cerita-cerita rakyat maupun sejarah dapat diketahgui bahwa kekerasan terjadi dalam bentuk peperangan antara kerajaan-kerajaan, pembunuhan, pemberontakan, dan lain sebagainya.
Pada masa selanjutnya, orang Eropa datang dan ternyata bukan hanya sekedar berdagang tetapi juga menguasai wilayah Nusantara ini.Penguasaan ini disertai dengan berbagai tindakan yang menyakitkan bagi bumiputera. Penjajahan berikutnya dilakukan oleh bangsa Jepang yang juga mempraktikkan kekerasan yang lebih kejam lagi. Penderitaan semasa kolonial itu mendorong munculnya rasa persatuan di antara para warga setempat sehingga merangsang mereka untuk melakukan perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan dalam bentuk perlawanan senjata. Akhirnya kemerdekaan dapat diperoleh walaupun dengan pertumpahan darah.
Setelah proklamasi kemerdekaan, masyarakat juga harus tetap berperang melawan Belanda dalam rangka untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh.Selain itu juga terjadi gerakan-gerakan separatisme di berbagai daerah sehingga pemerintahan Indonesia pada masa itu harus segera mengatasinya demi menjaga keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia meskipun harus lagi-lagi menggunakan senjata. Kita juga tidak lupa bagimana ekses Demokrasi Terpimpin dengan adanya penahanan tokoh Masyumi/PSI tanpa diadili dan juga peristiwa pengganyangan malaysia.
Setelah itu tidak bisa juga kita lupa masa peralihan antara Orde lama ke Orde baru diwarnai dengan pembantaian manusia besar-besaran (1965-1966).Kemudian penahanan politik di kamp Pulau Buru (1965-1969), kasus Aceh, kasus Irian Jaya, petrus (penembakan misterius), kasus Tanjung Priok 1984, peristiwa Juli 1996, kerusuhan rasialis Mei 1998 mewarnai orde baru.
Pergantian orde baru ke orde reformasi juga diikuti oleh kerusuhan-kerusuhan yang memakan korban jiwa yang cukup banyak.Disamping itu juga kita tidak lupa konflik-konflik berbau SARA seperti di Ambon, Poso, Kalimantan Barat dan Tengah, Jawa, Lampung, Lombok, pembakaran gereja-gereja, terakhir aksi terorisme berupa peledakan bom di Bali.
Melihat dari fakta-fakta Sejarah yang terjadi di Indonesia kita melihat bahwa kekerasan struktural sudah tercipta di Indonesia baik pada tingkat kekuasaan maupun pada tingkat masyarakat bawah. Kekerasan ini bentuknya tidak hanya dalam bentuk fisik, ia bisa berupa sesuatum yang non fisik, yang psikologis berupa stigmatisasi, yang kultural, yang sosial, yang ekonomis dengan diskriminasi ethnis, yang struktural, bahkan dari yang berwajib/ berkuasa secara psikis, sampai pada yang bersifat naratif seperti berita-berita pers mengenai Sadam dan Kadafi ( Untuk yang naratif lihat Turpin dan Kurtz; 1997:91).
Masyarakat kita yang begitu pluralistik dalam hampir seluruh “way of life”-nya, dengan kadar penggunaan kekerasan struktural secara berbeda, yang pada dasarnya berakar juga dalam kekerasan (kultural) meskipun sudah disiram dengan ajaran agama yang pada dasarnya tidak ingin menggunakan kekerasan, sayangnya, membenarkan juga penggunaan kekerasan atas nama agama itu sendiri. Yang mengherankan juga, Indonesia yang dijuluki ramah dan halus budi pekerti dengan beberapa perkecualian, ternyata kini telah terperangkap dalam menawarkan upaya dengan menggunakan kekerasan dank kadang-kadang dengan mendalihkan ajaran agamanya, entah itu benar atau tidak, entah itu rasionalistik atau emosional. Bandingkan betapa naif untuk mengubah moral orang disuruh berdandan dan berbusana tertentu, meskipun itu ada haknya untuk memakai apa saja.
Lalu, mengapa semua itu bisa terjadi? Mengapa bangsa yang katanya berbudi luhur, ramah, dan entah kualifikasi apa yang hendak diberikan kepada bangsa ini menjadi semacam “homo homini lupus” dalam hampir seluruh bidang kehidupan, termasuk dalam bidang spiritual, dari strata atas sampai pada yang di bawah. Tentu akan ada banyak jawaban yang dapat diberikan, bergantung dari sudut pandang dan pangkal tolak analisis.Akan tetapi, satu hal yang mungkin dapat dipakai untuk pokok bahan renungan kita semua tanpa kecuali: Indonesia kini tidak memiliki seorang pemimpin yang dapat diandalkan dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa, bernegara, dan dalam realitas penghidupan sosio-spiritual. Selanjutnya dengan meminjam ungkapan Bahasa Belanda yang ditulis secara indah bagi mereka yang prihatin dengan kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini: “Het volk is redeloos.De regering is radeloos.Het lan is reddeloos”. Artinya secara bebas: Rakyat sudah tidak dapat berbicara lagi.Pemerintah sudah bingung. Negara ini (seolah-olah) tidak dapat tertolong (lagi). Semoga ini tidak akan terjadi, tetapi apakah masih ada pemimpin (kita) yang bermoral? Apakah jawabmu?

Kristus sebagai inspirasi Anti Kekerasan
Mahatma Gandhi dengan ajaran ahimsa-nya ternyata terinspirasi dengan ajaran Yesus Kristus. Ajarannya sering disebut perlawanan/perjuangan tanpa kekerasan. Usahanya tersebut untuk melawan kolonialisme Inggris ternyata mendapat simpati luar biasa dari dunia internasional sehingga bangsa India dapat memperoleh kemerdekaannya.
Dalam Alkitab,ada sebuah kisah ketika para ahli taurat dan orang Yahudi ingin menghakimi seorang wanita yang tertangkap berbuat zinah. Dan perempuan tersebut dihadapkan ke hadapan Kristus. Berdasarkan hukum Taurat wanita tersebut harus dilempari dengan batu sampai mati. Namun Kristus berkata: “Barang siapa yang tidak pernah berbuat dosa,dialah yang terlebih dahulu melempar”. Tidak ada satupun dari orang-orang tersebut yang melempar, dan yang menarik ternyata Kristus sendiri tidak menghukum perempuan tersebut.
Selain itu kita juga mengetahui pada peristiwa “Penyaliban”, Kristus sendiri berdoa, untuk pengampunan terhadap orang-orang yang menyalibNya. Tindakan yang mengampuni ini merupakan keteladanan yang merupakan cerminan bahwa Kristus sendiri merupakan contoh pribadi yang “Anti Kekerasan”.

Pemuda : Harapan Sebuah Generasi Tanpa Kekerasan 
Masa muda dalam usia di mana manusia mencari pola-pola kepribadiannya akan selalu mewarnai kehidupan manusia. Generasi Soekarno dengan dunia tahun duapuluhan, generasi Takdir Alisjahbana dengan dunia tahun tigapuluhan, dunia Soeharto dengan susana tahun empat puluhan. Dunia ini akan terus terbawa sampai akhir hidupnya 
Oleh karena itu terciptanya sebuah Generasi Tanpa Kekerasan memerlukan sebuah revolusi sosial, dan dalam hal ini kaum mudalah yang diharapkan sebagai ujung tombaknya. Hal ini mengingat peranan pemuda yang selalu mewarnai perubahan-perubahan sejarah umat manusia. Pemuda secara aktif harus dibibit untuk menjadi perintis dan pendekar sebuah gerakan Anti Kekerasan, sebab hanya,dan hanya, dari Generasi muda dapat timbul perbaikan yang fundamental.
Tetapi apakah generasi muda kini yang sudah terlanjur manja, konsumeritis, hedonistis, dan hanya mencari karier serta tentunya sudah tercemar dengan budaya kekerasan mampu membuat perubahan yang mendasar? Jawabannya tidak diragukan.Bisa.Mampu. Yang hanya serba ikut “arus nyaman” harus diakui banyak sekali.Tetapi amat banyak tidak berarti sama dengan semua. Segala pembaruan besar di mana pun dan kapan pun tidak pernah di mulai dengan massa banyak, tetapi oleh suatu gremium kecil tetapi yakin dan cerdas. Dan generasi tersebut bisa tercipta dari sekelompok Pemuda-pemudi yang hidupnya telah diubahkan oleh kasih Kristus. Sebab pribadi yang telah diubahkan oleh Kasih Kristus itu seumpama kertas putih dan bersih setelah dicuci dengan darah Kristus yang siap untuk dituliskan dan diwarnai dengan berbagai macam hal sesuai dengan keinginan penciptanya, dalam hal ini Kristus sebagai sumber kebenaran.Pemuda-pemudi inilah yang nantinya diharapkan dapat menjadi Daniel-daniel, Yusuf-yusuf yang dapat menjadi pelopr sebuah “Generasi tanpa Kekerasan” sebab setiap manusia harus diperlakukan secara manusiawi dan berharga di mata Tuhan. Pemuda-pemudi inilah yang dapat mengubah wajah Indonesia yang penuh kekerasan, sebab hanya pribadi yang telah diubahkan yang dapat merubah sesuatu.Sekarang pertanyaannya siapakah yang mau? 


3. Jangan Mencari Tuhan Dengan Logika Tapi Dengan Iman
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswanya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?". Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya". "Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi. "Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut. Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau Kekristenan itu adalah sebuah mitos. Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, "Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?" "Tentu saja," jawab si Profesor Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?" "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya. Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bias bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?" Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada." Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?" Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telah kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara tersebut adalah manifestasi dari kejahatan." Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak. Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kejahatan. Kejahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya." Profesor itu terdiam. Nama mahasiswa itu adalah Kisah Nyata Albert Einstein.


4. Tentang Pelayanan
Pelayanan yang seperti apakah yang TUHAN inginkan ?
TUHAN menginginkan anda untuk melayani-NYA dengan segenap hati anda. Bukan dengan untuk unjuk gigi, penampilan, membanggakan kemampuan anda, atau motivasi lainnya. TUHAN menginginkan anda untuk menjadi alat bagi-NYA, untuk melakukan pekerjaan-NYA di dunia ini. TUHAN menginginkan manusia menyembah dengan puji-pujian, menyembah dengan perbuatan, menyembah dengan roh dan kebenaran, kebenaran akan TUHAN.

Apakah TUHAN kekurangan pekerja sehingga DIA membutuhkan manusia, atau apakah TUHAN tidak dapat bekerja sendiri ?
TUHAN adalah Kudus. Manusia adalah daging dan roh. Jika TUHAN melakukan pekerjaan-NYA sendiri, maka DIA harus turun ke dunia, dan manusia yang memiliki daging, akan musnah, sebelum roh dan jiwa nya di selamatkan. DIA bekerja menggunakan tangan kanan dan kiri NYA. Tangan kanan untuk membagikan berkat-NYA kepada manusia, dan tangan kiri NYA untuk menguji kesetiaan manusia dengan cobaan-cobaan (Bandingkan dengan kisah Ayub). Dan DIA menginginkan manusia untuk memberikan persembahan kepada-NYA. (sesuai dengan tujuan TUHAN menciptakan manusia yang adalah agar suatu saat manusia itu menyembah TUHAN). Karena persembahan itu harum bagi TUHAN.

Bagaimanakah standar Pelayan yang TUHAN inginkan ?
TUHAN tidak meminta banyak untuk manusia menjadi Pelayan-NYA. TUHAN menginginkan hati manusia. Hati yang rindu melayani-NYA. Tidak terbatas kepada siapa saja, bahkan DIA menginginkan setiap orang memberikan hati untuk menjadi Pelayan NYA. Bukan dengan harta, penampilan, kemampuan, atau apapun yang menjadi kebanggaan anda, itu tidak perlu bagi TUHAN, sebab TUHAN akan memampukan mereka yang datang kepada TUHAN dengan kerinduan untuk melayani.

TUHAN, tidak menginginkan suatu posisi yang saling diperebutkan dalam Pelayanan. Semua adalah sama di mata NYA. Tidak ada yang berbeda, lebih tinggi atau lebih rendah, lebih besar, atau lebih kecil. Maka itu TUHAN sangat membenci orang yang mementingkan posisi dalam suatu Pelayanan, bahkan yang saling memperebutkan posisi tersebut.

"Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu."
Diatas, adalah perintah ke-10 dalam 10 Perintah Allah (Dasa Titah). Perintah ini ditujukan untuk sebuah Pelayanan yang ditujukan untuk TUHAN. Yang berarti, jangan mengingini suatu pelayanan yang orang lain miliki, jangan berusaha membanding-bandingkan antara suatu pelayanan dengan yang lainnya, jangan mengingini apa yang Pelayanan lain miliki. Misalnya, kita aplikasikan pada Gereja. Hendaklah Gereja yang satu tidak mengingini umat Gereja yang lain, dengan cara mengambil nya dengan cara membandingkan isi dari Gereja tersebut. Seperti yang pernah saya temukan, di Gereja mu tidak ada Roh Kudus, di Gereja kami ada Roh Kudus, lebih baik di Gereja kami saja. Hal itu adalah salah, dan TUHAN sangat membenci hal tersebut.
Juga, perintah tersebut melarang manusia untuk tidak mengambil bagian daripada Pelayan lain. Namun, hendaklah saling melengkapi. Seperti yang YESUS katakan, bahwa yang bekerja pada siang hari, memiliki upah yang sama dengan yang bekerja pada malam hari.

Janganlah pernah merasa mampu dengan segala apa yang kita miliki di dunia ini dan menjadikannya bagian dalam Pelayanan, sebab TUHAN akan hancurkan itu. TUHAN tidak butuh kemampuan anda, TUHAN tidak butuh kehebatan anda.
Contoh nyata, dulu waktu aku pertama kali melayani, tergabung dalam tim musik. Aku bisa bermain gitar dengan cukup lumayan dalam hal duniawi. Aku merasa hebat dan mampu, dan merasa semua pujian untuk TUHAN adalah hal yang gampang. Namun, setelah aku bermain, aku seperti seorang bodoh. Seorang yang tak bisa bermain gitar. Seorang yang tak tahu musik. Itu adalah akibat dari kesombongan ku. TUHAN mematahkan itu, dan menghancurkan apa yang akan aku berikan. Hingga akhirnya, aku mendapat teguran secara tidak langsung dari NYA, yang mengatakan kira-kira sperti ini : "Kau boleh hebat dalam dunia, namun bagi KU, kau adalah debu. Aku tidak butuh pelayanan mu !"
Hingga akhirnya, aku menyadarinya, dan memberikan setulus hati Pelayanan ku. Yang terjadi adalah hal yang luar biasa. Dalam suatu persembahan, aku merasa diberkati, dan orang banyak juga bisa masuk dalam prosesi pujian dan penyembahan kepada TUHAN.

Maka itu, dalam suatu pelayanan, pada bagian musik, penyanyi, pemimpin pujian (song leader), organisasi, pemberita firman, pendoa, dan bagian-bagian lain yang bertujuan melayani TUHAN, tidak ada yang lebih besar dan lebih kecil. Semua mendapatkan porsi yang sama, sesuai dengan panggilan TUHAN. Yang perlu diperhatikan besar dan kecil adalah iman, yaitu seberapa besar iman anda kepada-NYA, seberapa kuat dan besar hati anda untuk melayani-NYA, seberapa besar kerinduan kita untuk melayani-NYA. Tugas dan tanggung jawab diberikan-NYA kepada masing-masing kita sebagai Pelayan.

INGAT !!! Kita hanya debu bagi TUHAN, namun berharga dimata NYA ketika kita memberikan hati kita kepada NYA.

"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Persiapkan hati anda, carilah hadirat NYA, temukan wajah NYA, dan terima lah panggilan NYA kepada anda untuk melayani NYA.

artikel terkait : di sini