7 Feb 2011

Paul Rader : pelopor penyiar radio Kristen

Radio itu baru berumur dua bulan. Westing-house Company yang memulainya di Pittsburgh, dengan siaran pemilihan umum pada tahun 1920, menggunakan kode panggilan KDKA. Para pendengar pertama menggunakan pesawat buatan sendiri, namun sekarang Westinghouse dengan pesat menjual pesawat-pesawat radio yang sudah dibuat sebelumnya, dan para pembeli membutuhkan acara untuk didengarkan. Dalam upaya menyusun acara, stasiun siaran memutuskan menyertakan pelayanan gereja dalam siarannya.

Seorang insinyur di Westinghouse adalah anggota Gereja Episkopal Calvary di Pittsburgh. Kemudian diadakanlah persiapan untuk menyiarkan kebaktian dari sana pada hari Minggu pertama, petang, pada tahun 1921. Pendeta senior yang skeptis membiarkan rekannya, Lewis B. Whittemore, melayani kebaktian tersebut. Dua orang insinyur KDKA – seorang Katolik, yang lain seorang Yahudi – menangani peralatan itu. Mereka mengenakan jubah koor agar kehadiran mereka tidak menarik perhatian para jemaat. Tanggapan terhadap siaran itu begitu positif hingga kebaktian itu menjadi acara tetap dalam KDKA.

Di daerah Chicago, pengkhotbah Paul Rader memboyong kwartet bass ke "studio" di atap sebuah gedung, di mana tersedia sebuah peti dengan sebuah lubang pada satu sisi. "Anda bersiap-siap saja dengan instrumen Anda terarah ke lubang itu," kata teknisi itu. "Bila saya katakan main, Anda pun main."

Ia masukkan mikrofon telepon tua ke dalam lubang itu dan berkata, "Main." Kwartet tersebut pun main. Kemudian Rader berkhotbah. Tanggapan baik yang mereka terima membuat Rader mencari stasiun-stasiun lain di daerah Chicago. Melihat WBBM tutup pada hari Minggu, ia mengatur untuk memakai studio tersebut. Rader menjalankan stasiun seminggu sekali, setiap hari Minggu, selama empat belas jam sehari – WJBT, "Where Jesus Blesses Thousands".

Seperti pada kemajuan teknologi lain, orang Kristen Evangelikal khawatir dengan pengenalan pada radio ini. Sesungguhnya bukankah iblis adalah "pangeran penguasa udara"? Sebagian besar pelopor pengkhotbah radio justru dihadapkan dengan lebih banyak penentang dari gereja ketimbang dari masyarakat luar.

Di Omaha, Nebraska, WOAW (kemudian menjadi WOW) memulai siarannya pada bulan April 1923. Tawaran stasiun itu ditolak beberapa pengkhotbah, sebelum mereka meminta R.R. Brown, seorang pendeta dari Persekutuan Kris-ten dan Misionaris (Christian and Missionary Alliance) yang merupakan orang baru di kota itu. Brown berusaha meminta saran seorang teman yang mengatakan bahwa ia telah berdoa agar Allah "mendapat keuntungan" dengan stasiun radio baru (dan yang berpotensial) ini. Mungkinkah keuntungan itu ada pada diri Brown?

Brown setuju melakukan acara pertama, namun ketika ia meninggalkan studio itu seusai siaran, seseorang datang menemuinya dengan pernyataan bahwa pikirannya telah diubah Roh Kudus dan ia bertobat karena siaran itu. Brown meneriakkan: "Halleluya! Pengurapan dapat dilakukan melalui transmisi!"

Di Chicago, WGES sedang mempersiapkan siaran jarak jauh untuk meliput Illinois Product Exposition pada tahun 1925. Siaran hampir mulai tetapi para musisi belum juga tiba. Secara kebetulan, seorang pejabat stasiun mendengar dua orang bocah sedang memainkan alat musik terompet di tenda Moody Bible Institute, ia berlari untuk "meminjam" jasa anak-anak ini. Beberapa hari kemudian, stasiun tersebut mengundang Moody Bible Institute untuk mengadakan program satu jam setiap hari Minggu. Hal ini akhirnya membuat Moody memiliki stasiun sendiri, WMBI.

Pada tahun 1928, Donald Grey Barnhouse menjadi pengkhotbah pertama yang menyewa jaringan nasional dengan mengudara di CBS dari Philadelphia's Tenth Presbyterian Church (Gereja Presbiterian Philadelphia Kesepuluh). Pada tahun 1930, Clarence Jones dan Reuben Larson meluncurkan stasiun radio penginjilan pertama, HCJB, di Quito, Ekuador – stasiun radio pertama di negeri itu. Dalam masa demam radio pada pertengahan tahun 1920-an, banyak gereja dan lembaga-lembaga pelayanan mulai mengadakan siaran. Menjelang tahun 1928, terdapat enam puluh stasiun radio keagamaan. Kemudian Komisi Radio Federal. melembagakan peraturan-peraturan baru dengan menstandarkan gelombang dan menghilangkan kekacauan. Peraturan-peraturan ini mematikan stasiun-stasiun kecil, namun membantu yang telah kokoh. Menjelang tahun 1932, hanya tiga puluh stasiun keagamaan yang tinggal. Namun, pada setengah abad berikutnya, kekuatan media Kristen bertumbuh. Para pemimpin seperti Billy Graham, Rex Humbard, Oral Roberts dan Pat Robertson, dengan tidak melupakan Uskup Fulton Sheen, adalah orang-orang pertama yang melakukan siaran melalui televisi pada tahun 1950-an dan 1960-an. Radio dan TV memainkan peran penting dalam kebangkitan kembali fundamentalis pada tahun 1970-an.

Awal mula gerakan dalam radio Kristen, kembali pada tahun dua puluhan, menunjukkan sedikit skizofrenia kaum fundamentalisme Amerika. Istilah umum untuk hal itu adalah Pemisahan. Para pengkhotbah fundamentalis seperti Billy Sunday meminta para pendengar agar menjauhi "keduniawian" dalam segala bentuknya. Namun, para fundamentalis juga merupakan pengurus bagi Injil yang keluar. Agar setia padanya, mereka harus memberitakannya ke luar. Hal ini membutuhkan segala cara yang memungkinkan – termasuk gelombang radio – untuk mengajarkan tentang Yesus. Dengan demikian, bangkitnya radio Kristen merupakan pendahulu gerakan evangelikal pada tahun 1930-an dan 1940-an, di mana dorongan untuk penginjilan mulai melunakkan garis-garis keras kaum separatis.

Ketika siaran televisi Kristen lebih meluas dari radio Kristen, siaran keagamaan menjadi bisnis besar. Televisi telah menawan publik Amerika sebegitu rupa sehingga menjadi sumber utama bagi kegiatan waktu senggang, ataupun kala tidak beraktivitas. Orang-orang Kris-ten pun telah tertarik pada televisi. Para pengkhotbah yang berjiwa usaha membangun organisasi-organisasi dan institusi-institusi (tamantaman untuk bersantai, perguruan tinggi-perguruan tinggi, katedral-katedral kristal) atas dasar pelayanan televisi mereka. Mereka pun berupaya meniti karir dalam kancah politik pada tahun delapan puluhan, dan salah seorang dari mereka yang berupaya menjadi presiden mereka adalah Pat Robertson.

Pelayanan televisi keagamaan ini menjangkau hanya sebagian kecil publik Amerika Utara. Para analis rating audiens siaran duniawi mengetahui hal itu, dan tidak melihat bahwa program keagamaan sebagai ancaman besar untuk merebut para audiens. Tetapi orang-orang Kris-ten yang telah terpikat oleh siaran itu memikirkan bahwa sekurang-kurangnya mereka telah menghadirkan diri dalam dunia televisi yang kuat dan mensubsidikan uang sebesar dua miliar dolar Amerika per tahun untuk siaran keagamaan menjelang akhir tahun 1980-an.

Sedihnya, skandal moral yang melibatkan dua dari antara pelayan-pelayan besar mengumpulkan lebih banyak "angka rating rata-rata" pada perhitungan pendengar daripada program-program televisi keagamaan yang telah dicapai selama ini. Seperti televisi mengubah cara Amerika memilih para politisinya pada tahun tujuh puluhan dan delapan puluhan, maka siaran keagamaan di televisi membawa dampak bagi persepsi umum tentang hakikat dan arti kekristenan. Terlampau dini untuk mengetahui bagaimana televisi keagamaan berdampak pada gereja masa kini, namun penting untuk menyelidikinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar